Kamis, 16 Juli 2020

Asal Mula Gunung Lompobattang


Erang bocah lelaki berumur 7 tahun tak kuasa menahan tangis. Ia sangat sedih. Ibu bapaknya, telah pergi meninggalkan dirinya. Diusapnya sisa air mata yang membasahi wajahnya. Erang mengucapkan sumpah. Kelak, jika Tuhan berkenan menganugerahinya umur panjang, ia akan menggunakan umur tersebut hanya untuk membalas dendam pada raksasa jahat yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Sepuluh tahun kemudian, Erang kanak-kanak kini telah tumbuh dewasa. Ia sering diejek teman-temannya karena tubuhnya yang kuntet. Erang selalu membalas setiap ejekan ‘kuntet’ dari kawan-kawannya dengan senyuman. Ia menekan setiap rasa kesal yang muncul di hatinya. Demi membalaskan dendam kedua orang tuanya, ia tabah berjalan teguh di atas rencana yang disusunnya. Tak ada yang tahu kalau tubuh kuntetnya itu sebenarnya disengaja oleh Erang. Bertahun-tahun ia disiplin berpuasa. Berpantang makan dan menahan lapar, agar tubuhnya tidak tumbuh berkembang.
Diam-diam pula, Erang menyusup ke setiap desa di mana raksasa musuhnya sedang berburu manusia. Dibantu oleh tubuh kuntetnya ia bersembunyi sambil memerhatikan secara saksama gerak-gerik si raksasa. Sambil menunggu waktu yang tepat di kemudian hari, Erang memelajari kelemahan musuhnya. Nenek moyangnya pernah mengajari Erang, ‘Kenali kelemahan musuhmu untuk mengenali kekuatanmu’.
Tibalah kemudian malam yang ditunggu-tunggu Erang. Purnama hari keempat belas. Sepuluh tahun sejak kedatangan terakhir raksasa ke desa. Cahaya bulan menyiram tanah. Erang telah mempersiapkan dirinya sejak petang. Belajar dari kebiasaan raksasa sebelum-sebelumnya, maka malam ini adalah giliran desanya disatroni oleh raksasa jahat itu. Pemuda-pemuda desa yang telah dilatih silat sibuk menyiapkan diri. Mereka menggenggam berbagai jenis senjata di tangan masing-masing. Lalu mereka mulai melawan raksasa.
Raksasa mengaumkan teriakan memekakkan. Tampaknya ia marah mendapati dirinya mendapat perlawanan dari penduduk desa. Hanya dengan sekali kibas, kedua tangan raksasa itu telah merontokkan para pemuda desa. Erang menyaksikan kenyataan itu dengan hati miris. Ia sudah menduga akan terjadi hal seperti itu. Segesit dan sekuat apa pun para pemuda desa itu, sama sekali bukan tandingan raksasa.
Raksasa itu mengaum sekali lagi. Wajahnya tampak puas. Dengan langkah malas karena kekenyangan, raksasa memutar badannya hendak berlalu dari desa itu. Pada saat itu, Erang segera melompat menghadang raksasa. Raksasa menghentikan langkahnya. Raksasa menertawakan Erang yang bertubuh kuntet, namun berani menghadangnya. Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Erang. Erang malah menghinga raksasa. Raksasa menggeram. Kemarahannya tak terbendung lagi. Belum pernah seumur hidupnya ia dihina oleh seorang manusia. Terlebih manusia kuntet nan kerempeng seperti Erang. Manusia kuntet itu bahkan berani menghina dengan mengatakan mulutnya tak sanggup menelan tubuh Erang.
Secepat kilat tangan raksasa itu menyambar Erang. Anehnya, Erang justru tidak berusaha untuk menghindar. Dibiarkannya tangan raksasa itu mencengkeramnya. Selanjtunya, tubuh Erang menggelinding masuk ke mulut raksasa. Karena tubuhnya yang kuntet dan jarak geraham kiri dan kanan raksasa sangat lebar, Erang berhasil menghindar dari gigi-gigi raksasa yang berusaha mengunyahnya. Dengan cepat Erang menggelindingkan tubuhnya melalui tenggorokan masuk ke dalam perut raksasa.
Merasa mangsanya telah tewas, raksasa itu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, sepuluh langkah dari situ, tiba-tiba tubuh raksasa itu roboh bergelimpang menimpa bumi. Tanah bergoyang keras. Meninggalkan lubang di bawah punggung raksasa. Tubuh raksasa itu kemudian berguling-guling. Berteriak-teriak menahan rasa sakit. Sebuah sobekan dari dalam perutnya mengakibatkan tubuhnya berhenti berguling. Raksasa jahat itu telah mati.
Terlihat Erang menjulurkan kepalanya dari dalam perut raksasa yang terbelah. Ia kemudian keluar dan melompat turun ke tanah dengan tenang. Karena kuasa dewata, di tempat raksasa itu terbaring, tiba-tiba berubah wujud menjadi gunung. Bentuknya seperti tubuh raksasa, lengkap dengan perut besarnya yang menonjol. Penduduk sekitar gunungpun kemudian menamainya dengan sebutan Gunung Lompobattang, yang artinya perut besar. Lompo= Besar, Battang= Perut.

1 komentar:

  1. The 10 Best Hotels in Atlanta, GA
    Hotels near The 10 Best 포천 출장마사지 Hotels 논산 출장안마 in Atlanta, GA. Find the cheapest and quickest 거제 출장안마 ways to get from The 계룡 출장안마 10 Best Hotels 속초 출장샵 in Atlanta, GA.

    BalasHapus