Senin, 27 Juli 2020

Es Pallu Butung

Kota Makassar juga menjadi salah satu tujuan yang menarik. Selain tempat wisatanya yang indah, Kota Makassar juga memiliki beragam makanan tradisional. Salah satu makanan tradisional yang menjadi andalan Kota Makassar adalah es pallu butung. Makanan khas ini berbahan utama potongan pisang berbalut bubur sumsum. Pallu butung biasanya disajikan dengan menambahkan parutan es di atasnya, sirup, pisang kepok, susu kental manis, dan yang utaman menggunakan campuran bubur sumsum yang terdiri atas santan kelapa, tepung beras, daun pandan dan gula pasir. Pada makanan tradisional ini ada perpaduan rasa antara manis dan asin.

Es Pallu Butung sangat tepat dikonsumsi pada siang hari atau menjelang sore hari sebagai pelepas dahaga. Penampilan es pallu butung hampir sama dengan es pisang ijo, tetapi yang membedakan es pallu butung menggunakan pisang yang sudah dikukus tanpa balutan tepung yang berwarna seperti es pisang ijo.

Es pallu butung mudah ditemukan di setiap sudut Kota Makassar, terutama di rumah makan tradisional yang menyediakan makanan khas kota Makassar. Harga semangkuk es pallu butung berkisar antara Rp10.000,00 sampai Rp20.000,00 per porsinya.

Rabu, 22 Juli 2020

Asal Mula Gunung Lompobattang

Erang bocah lelaki berumur 7 tahun tak kuasa menahan tangis. Ia sangat sedih. Ibu bapaknya, telah pergi meninggalkan dirinya. Diusapnya sisa air mata yang membasahi wajahnya. Erang mengucapkan sumpah. Kelak, jika Tuhan berkenan menganugerahinya umur panjang, ia akan menggunakan umur tersebut hanya untuk membalas dendam pada raksasa jahat yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Sepuluh tahun kemudian, Erang kanak-kanak kini telah tumbuh dewasa. Ia sering diejek teman-temannya karena tubuhnya yang kuntet. Erang selalu membalas setiap ejekan ‘kuntet’ dari kawan-kawannya dengan senyuman. Ia menekan setiap rasa kesal yang muncul di hatinya. Demi membalaskan dendam kedua orang tuanya, ia tabah berjalan teguh di atas rencana yang disusunnya. Tak ada yang tahu kalau tubuh kuntetnya itu sebenarnya disengaja oleh Erang. Bertahun-tahun ia disiplin berpuasa. Berpantang makan dan menahan lapar, agar tubuhnya tidak tumbuh berkembang.
Diam-diam pula, Erang menyusup ke setiap desa di mana raksasa musuhnya sedang berburu manusia. Dibantu oleh tubuh kuntetnya ia bersembunyi sambil memerhatikan secara saksama gerak-gerik si raksasa. Sambil menunggu waktu yang tepat di kemudian hari, Erang memelajari kelemahan musuhnya. Nenek moyangnya pernah mengajari Erang, ‘Kenali kelemahan musuhmu untuk mengenali kekuatanmu’.
Tibalah kemudian malam yang ditunggu-tunggu Erang. Purnama hari keempat belas. Sepuluh tahun sejak kedatangan terakhir raksasa ke desa. Cahaya bulan menyiram tanah. Erang telah mempersiapkan dirinya sejak petang. Belajar dari kebiasaan raksasa sebelum-sebelumnya, maka malam ini adalah giliran desanya disatroni oleh raksasa jahat itu. Pemuda-pemuda desa yang telah dilatih silat sibuk menyiapkan diri. Mereka menggenggam berbagai jenis senjata di tangan masing-masing. Lalu mereka mulai melawan raksasa.
Raksasa mengaumkan teriakan memekakkan. Tampaknya ia marah mendapati dirinya mendapat perlawanan dari penduduk desa. Hanya dengan sekali kibas, kedua tangan raksasa itu telah merontokkan para pemuda desa. Erang menyaksikan kenyataan itu dengan hari miris. Ia sudah menduga akan terjadi hal seperti itu. Segesit dan sekuat apa pun para pemuda desa itu, sama sekali bukan tandingan raksasa.
Raksasa itu mengaum sekali lagi. Wajahnya tampak puas. Dengan langkah malas karena kekenyangan, raksasa memutar badannya hendak berlalu dari desa itu. Pada saat itu, Erang segera melompat menghadang raksasa. Raksasa menghentikan langkahnya. Raksasa menertawakan Erang yang bertubuh kuntet, namun berani menghadangnya. Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri erang. Erang malah menghinga raksasa. Raksasa menggeram. Kemarahannya tak terbendung lagi. Belum pernah seumur hidupnya ia dihina oleh seorang manusia. Terlebih manusia kuntet nan kerempeng seperti Erang. Manusia kuntet itu bahkan berani menghina dengan mengatakan mulutnya tak sanggup menelan tubuh Erang.
Secepat kilat tangan raksasa itu menyambar Erang. Anehnya, Erang justru tidak berusaha untuk menghindar. Dibiarkannya tangan raksasa itu mencengkeramnya. Selanjtunya, tubuh Erang menggelinding masuk ke mulut raksasa. Karena tubuhnya yang kuntet dan jarak geraham kiri dan kanan raksasa sangat lebar, Erang berhasil menghindar dair gigi-gigi raksasa yang berusaha mengunyahnya. Dengan cepat Erang menggelindingkan tubuhnya melalui tenggorokan masuk ke dalam perut raksasa.
Merasa mangsanya telah tewas, raksasa itu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, sepuluh langkah dari situ, tiba-tiba tubuh raksasa itu roboh bergelimpang menimpa bumi. Tanah bergoyang keras. Meninggalkan lubang di bawah punggung raksasa. Tubuh raksasa itu kemudan berguling-guling. Berteriak-teriak menahan rasa sakit. Sebuah sobekan dari dalam perutnya mengakibatkan tubuhnya berhenti berguling. Raksasa jahat itu telah mati.
Terlihat Erang menjulurkan kepalanya dari dalam perut raksasa yang terbelah. Ia kemudian keluar dan melompat turun ke tanah dengan tenang. Karena kuasa dewata, di tempat raksasa itu terbaring, tiba-tiba berubah wujur menjadi gunung. Bentuknya seperti tubuh raksasa, lengkap dengan perut besarnya yang menonjol. Penduduk sekitar gunungpun kemudian menamainya dengan sebutan Gunung Lompobattang, yang artinya perut besar. Lompo= Besar, Battang= Perut.

Minggu, 19 Juli 2020

Bentuk Persatuan dalam Keberagaman di Sekolah


Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu. Lingkungan belajar harus dijaga semua warga sekolah. Tujuannya agar suasana sekolah mendukung peningkatan prestasi siswa. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan persatuan di sekolah.

Di sekolah kita bergaul dengan teman-teman. Mereka memiliki perbedaan dengan kita. Ada yang berbeda kelasnya dengan kita. Ada yang bertubuh kurus atau gemuk. Ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. Ada yang suku Jawa, Sunda, Tionghoa, dan Papua. Bergaul dengan teman sekolah harus rukun. Tanpa membeda-bedakan kelas, agama, dan suku bangsa. Rukun dengan teman di sekolah mmebuat kita lebih bersemangat belajar.

Sikap tolong-menolong di sekolah sangat penting untuk menumbuhkan kepedulian. Tolong menolong tersebut dilakukan untuk kebaikan. Misalnya, tolong-menolong dalam belajar kelompok. Kita harus menolong teman yang mengalami kesulitan. Teman yang mengalami kesulitan membutuhkan bantuan dan perhatian. Teman yang sakit harus dijenguk. Teman yang terkena musibah harus dibantu. Tolong-menolong dalam keburukan tidak boleh dilakukan.

Kamis, 16 Juli 2020

Asal Mula Gunung Lompobattang


Erang bocah lelaki berumur 7 tahun tak kuasa menahan tangis. Ia sangat sedih. Ibu bapaknya, telah pergi meninggalkan dirinya. Diusapnya sisa air mata yang membasahi wajahnya. Erang mengucapkan sumpah. Kelak, jika Tuhan berkenan menganugerahinya umur panjang, ia akan menggunakan umur tersebut hanya untuk membalas dendam pada raksasa jahat yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Sepuluh tahun kemudian, Erang kanak-kanak kini telah tumbuh dewasa. Ia sering diejek teman-temannya karena tubuhnya yang kuntet. Erang selalu membalas setiap ejekan ‘kuntet’ dari kawan-kawannya dengan senyuman. Ia menekan setiap rasa kesal yang muncul di hatinya. Demi membalaskan dendam kedua orang tuanya, ia tabah berjalan teguh di atas rencana yang disusunnya. Tak ada yang tahu kalau tubuh kuntetnya itu sebenarnya disengaja oleh Erang. Bertahun-tahun ia disiplin berpuasa. Berpantang makan dan menahan lapar, agar tubuhnya tidak tumbuh berkembang.
Diam-diam pula, Erang menyusup ke setiap desa di mana raksasa musuhnya sedang berburu manusia. Dibantu oleh tubuh kuntetnya ia bersembunyi sambil memerhatikan secara saksama gerak-gerik si raksasa. Sambil menunggu waktu yang tepat di kemudian hari, Erang memelajari kelemahan musuhnya. Nenek moyangnya pernah mengajari Erang, ‘Kenali kelemahan musuhmu untuk mengenali kekuatanmu’.
Tibalah kemudian malam yang ditunggu-tunggu Erang. Purnama hari keempat belas. Sepuluh tahun sejak kedatangan terakhir raksasa ke desa. Cahaya bulan menyiram tanah. Erang telah mempersiapkan dirinya sejak petang. Belajar dari kebiasaan raksasa sebelum-sebelumnya, maka malam ini adalah giliran desanya disatroni oleh raksasa jahat itu. Pemuda-pemuda desa yang telah dilatih silat sibuk menyiapkan diri. Mereka menggenggam berbagai jenis senjata di tangan masing-masing. Lalu mereka mulai melawan raksasa.
Raksasa mengaumkan teriakan memekakkan. Tampaknya ia marah mendapati dirinya mendapat perlawanan dari penduduk desa. Hanya dengan sekali kibas, kedua tangan raksasa itu telah merontokkan para pemuda desa. Erang menyaksikan kenyataan itu dengan hati miris. Ia sudah menduga akan terjadi hal seperti itu. Segesit dan sekuat apa pun para pemuda desa itu, sama sekali bukan tandingan raksasa.
Raksasa itu mengaum sekali lagi. Wajahnya tampak puas. Dengan langkah malas karena kekenyangan, raksasa memutar badannya hendak berlalu dari desa itu. Pada saat itu, Erang segera melompat menghadang raksasa. Raksasa menghentikan langkahnya. Raksasa menertawakan Erang yang bertubuh kuntet, namun berani menghadangnya. Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Erang. Erang malah menghinga raksasa. Raksasa menggeram. Kemarahannya tak terbendung lagi. Belum pernah seumur hidupnya ia dihina oleh seorang manusia. Terlebih manusia kuntet nan kerempeng seperti Erang. Manusia kuntet itu bahkan berani menghina dengan mengatakan mulutnya tak sanggup menelan tubuh Erang.
Secepat kilat tangan raksasa itu menyambar Erang. Anehnya, Erang justru tidak berusaha untuk menghindar. Dibiarkannya tangan raksasa itu mencengkeramnya. Selanjtunya, tubuh Erang menggelinding masuk ke mulut raksasa. Karena tubuhnya yang kuntet dan jarak geraham kiri dan kanan raksasa sangat lebar, Erang berhasil menghindar dari gigi-gigi raksasa yang berusaha mengunyahnya. Dengan cepat Erang menggelindingkan tubuhnya melalui tenggorokan masuk ke dalam perut raksasa.
Merasa mangsanya telah tewas, raksasa itu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, sepuluh langkah dari situ, tiba-tiba tubuh raksasa itu roboh bergelimpang menimpa bumi. Tanah bergoyang keras. Meninggalkan lubang di bawah punggung raksasa. Tubuh raksasa itu kemudian berguling-guling. Berteriak-teriak menahan rasa sakit. Sebuah sobekan dari dalam perutnya mengakibatkan tubuhnya berhenti berguling. Raksasa jahat itu telah mati.
Terlihat Erang menjulurkan kepalanya dari dalam perut raksasa yang terbelah. Ia kemudian keluar dan melompat turun ke tanah dengan tenang. Karena kuasa dewata, di tempat raksasa itu terbaring, tiba-tiba berubah wujud menjadi gunung. Bentuknya seperti tubuh raksasa, lengkap dengan perut besarnya yang menonjol. Penduduk sekitar gunungpun kemudian menamainya dengan sebutan Gunung Lompobattang, yang artinya perut besar. Lompo= Besar, Battang= Perut.

Kamis, 02 Juli 2020

Pawai Budaya

Tiap tahun warga Kampung Badungan menyelenggarakan Pawai Budaya. Pawai ini selalu menampilkan keragaman budaya Indonesia. Dodi dan teman-teman tidak pernah bosan menanti rombongan pawai lewat. Tahun ini mereka datang ke alun-alun untuk melihat pawai tersebut. Kak Rere pun terlihat tak sabar menanti. Terdengar suara gendang yang menandakan rombongan pawai semakin dekat.

Di barisan pawai terdepan terlihat rombongan dari Jawa Tengah. Beberapa laki-laki mengenakan Beskap lengkap dengan blangkon dan keris. Kemudian di sampingnya beberapa perempuan cantik berbalut Kebaya lengkap dengan sanggul dan selendang. Langkah mereka diiringi oleh suara Gamelan, musik Tradisional dari Jawa Tengah.

Di rombongan kedua diisi oleh rombongan dari Papua. Dengan pakaian khasnya, para laki-laki berjoget lengkap dengan pedang di tangannya menarikan tarian perang. Disusul dengan rombongan ketiga berasal dari Bali. Rombongan dari Bali membunyikan alat musik daerahnya, Ceng-ceng namanya. Alat ini berbentuk seperti dua keping simbal yang terbuat dari logam. Nyaring bunyinya ketika kedua keping ini dipadukan.

Rombongan dari Bali diikuti oleh rombongan dari Maluku. Rombongan laki-laki mengenakan kemeja putih, jas merah, dan topi tinggi dengan hiasan keemasan. Rombongan perempuan mengenakan baju Cele. Baju ini terdiri dari atasan putih berlengan panjang serta rok lebar merah. Langkah mereka diiringi oleh suara Tifa, alat musik dari Maluku. Bunyinya seperti gendang, namun bentuknya lebih ramping dan panjang. Budaya Maluku sangat unik dan menarik.

Dodi dan teman-teman sangat senang melihat pawai budaya. Selalu ada hal baru yang mereka perhatikan setiap tahun. Pakaian adat dari berbagai suku di Indonesia selaku menyenangkan untuk diamati. Benar kata ayah Dodi, kebudayaan Indonesia memang sangat beragam.








source: LKS Terampil Kelas IV Tema 1