Minggu, 11 Oktober 2020

Kisah Persahabatan Yahya dan Riko

     Di sebuah pedesaan yang sangat asri, ada dua anak laki bernama Yahya dan Rio yang berteman sangat kompak dan selalu bersama. Yahya adalah anak buruh tani di desa tersebut. Adapun Rio merupakan anak saudagar kaya di desanya. Mereka memang anak yang sangat akrab walaupun berlatar belakang berbeda.

    Pada suatu hari mereka pergi kebukit pinggir desa untuk bermain. Ketika di perjalanan mereka sempat berbincang-bincang, tetapi tanpa disadari di tengah jalan tersebut, ada lubang yang besar. Lubang tersebut mungkin disebabkan tanah yang amblas karena hujan. Namun mereka tetap melanjutkan perjalanannya.

    "Eh, awas ada lubang," kata Rio.

    Tetapi Yahya tidak mendengarkan teriakan Rio.

    Akhirnya Yahya terjebur ke dalam lubang itu. 

    "Tolong, tolong aku Rio," kata Yahya tampak sedikit kesakitan.

    Rio pun langsung kaget dan berkata "Yahya, jangan panik. Aku akan menyelamatkanmu"

    "Iya Rio, tolong segera bantu aku," kata Yahya dengan penuh harap.

    Rio langsung mencari bantuan untuk diajak menyelamatkan Yahya. ternyata Rio bertemu dengan Ardian, diajaklah Ardian ke tempat Yahya terjebur. Ardian, anak juragan tanah majikan orang tua Rio.

    "Rio, kenapa kita ke sini?" tanya Ardian.

    "Ardian, ayo kita selamatkan Yahya. Kasihan dia terjebur ke lubang itu" jawab Rio "Tidak. Saya tidak mau menyelamatkan Yahya, sudahlah saya pergi saja"

    Saya tidak mau menolong anak miskin yang tidak mau meminjami hasil PR kepada saya. sekarang saya tidak mau berteman dengan Yahya" ujar Ardian sambil perlahan-lahan pergi meninggalkan Yahya dan Rio.

    "Ardian janganlah kau pergi" kata Rio.

    "Saya tidak peduli" jawab Ardian.

    Akhirnya Ardian pergi dan meninggalkan Rio dan Yahya.

    "Tenang saja Yahya. Saya akan menolongmu," kata Rio penuh keyakinan.

    Setelah dengan berbagai upaya, akhirnya Yahya dapat naik ke permukaan tanah. 

    "Terima kasih banyak Rio. Kau telah menyelamatkanku dengan susah payah" kata Yahya.

    "Sama-sama Yahya. Mari kita lanjutkan perjalanan kita" jawab Rio.

    Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan ada suara minta tolong. Yahya bertanya kepada Rio. "Rio sepertiya ada yang teriak minta tolong"

    "Iya saya juga mendengar. Mari kita cari siapa yang teriak minta tolong," jawab Rio.

    Setelah beberapa menit mereka mencari, ternyata Ardian yang teriak minta tolong karena terjebur ke dalam lubang.

    "Tolong, tolong, tolong. Tolong aku Rio, Yahya," teriak Ardian.

    "Kamu kok bisa sampai terjebut ke lubang ini?" tanya Rio.

    "Ketika saya meninggalkan kalian, saya pulang dengan tergesa-gesa tanpa meliat kalau di depan ada lubang.Akibatnya saya terjebur ke lubang ini" jawab Ardian.

    Setelah beberapa lama kemudian dan dengan susah payah, akhirnya Ardian dapat naik ke permukaan tanah dengan selamat.

    "Akhirnya selamat juga kau Ardian," kata Rio.

    "Terima kasih banyak Rio. Kau telah menyelamatkanku," kata Ardian. 

    "Sama-sama Ardian. Berterima kasihlah kepada Yahya, dia juga menyelamatkanmu," jawab Rio.

    "Yahya, terima kasih banyak engkau telah menyelamatkanku. Padahal aku tadi tidak mau menyelamatkanmu" kata Ardian.

    "Sama-sama Ardian. Kita sebagai sesama manusia harus asling menolong," jawab Yahya. 

    "Sekali lagi, terima kasih Rio, Yahya berkat kalian saya bisa selamat. Saya minta maaf atas segala kesalahan yang sudah saya perbuat sama kalian. Sekarang saya menyesla dan saya ingin menjadi teman kalian," kata Ardian.

    "Iya Ardian saya maafkan," kata Yahya.

    "Kamu boleh menjadi teman kita," tambah Rio.

    "Bahkan kamu boleh menjadi sahabat kami," sahut Yahya.

    "Terima kasih banyak Rio, Yahya" jawab Ardian.

    Akhirnya ketiga anak itu bersahabat dan selalu hidup rukun. Bahkan mereka menjadi anak yang baik hati dan suka menolong/ Hari itu sudah senja tetapi mereka tetap melanjutkan perjalanannya untuk bermain.

Senin, 27 Juli 2020

Es Pallu Butung

Kota Makassar juga menjadi salah satu tujuan yang menarik. Selain tempat wisatanya yang indah, Kota Makassar juga memiliki beragam makanan tradisional. Salah satu makanan tradisional yang menjadi andalan Kota Makassar adalah es pallu butung. Makanan khas ini berbahan utama potongan pisang berbalut bubur sumsum. Pallu butung biasanya disajikan dengan menambahkan parutan es di atasnya, sirup, pisang kepok, susu kental manis, dan yang utaman menggunakan campuran bubur sumsum yang terdiri atas santan kelapa, tepung beras, daun pandan dan gula pasir. Pada makanan tradisional ini ada perpaduan rasa antara manis dan asin.

Es Pallu Butung sangat tepat dikonsumsi pada siang hari atau menjelang sore hari sebagai pelepas dahaga. Penampilan es pallu butung hampir sama dengan es pisang ijo, tetapi yang membedakan es pallu butung menggunakan pisang yang sudah dikukus tanpa balutan tepung yang berwarna seperti es pisang ijo.

Es pallu butung mudah ditemukan di setiap sudut Kota Makassar, terutama di rumah makan tradisional yang menyediakan makanan khas kota Makassar. Harga semangkuk es pallu butung berkisar antara Rp10.000,00 sampai Rp20.000,00 per porsinya.

Rabu, 22 Juli 2020

Asal Mula Gunung Lompobattang

Erang bocah lelaki berumur 7 tahun tak kuasa menahan tangis. Ia sangat sedih. Ibu bapaknya, telah pergi meninggalkan dirinya. Diusapnya sisa air mata yang membasahi wajahnya. Erang mengucapkan sumpah. Kelak, jika Tuhan berkenan menganugerahinya umur panjang, ia akan menggunakan umur tersebut hanya untuk membalas dendam pada raksasa jahat yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Sepuluh tahun kemudian, Erang kanak-kanak kini telah tumbuh dewasa. Ia sering diejek teman-temannya karena tubuhnya yang kuntet. Erang selalu membalas setiap ejekan ‘kuntet’ dari kawan-kawannya dengan senyuman. Ia menekan setiap rasa kesal yang muncul di hatinya. Demi membalaskan dendam kedua orang tuanya, ia tabah berjalan teguh di atas rencana yang disusunnya. Tak ada yang tahu kalau tubuh kuntetnya itu sebenarnya disengaja oleh Erang. Bertahun-tahun ia disiplin berpuasa. Berpantang makan dan menahan lapar, agar tubuhnya tidak tumbuh berkembang.
Diam-diam pula, Erang menyusup ke setiap desa di mana raksasa musuhnya sedang berburu manusia. Dibantu oleh tubuh kuntetnya ia bersembunyi sambil memerhatikan secara saksama gerak-gerik si raksasa. Sambil menunggu waktu yang tepat di kemudian hari, Erang memelajari kelemahan musuhnya. Nenek moyangnya pernah mengajari Erang, ‘Kenali kelemahan musuhmu untuk mengenali kekuatanmu’.
Tibalah kemudian malam yang ditunggu-tunggu Erang. Purnama hari keempat belas. Sepuluh tahun sejak kedatangan terakhir raksasa ke desa. Cahaya bulan menyiram tanah. Erang telah mempersiapkan dirinya sejak petang. Belajar dari kebiasaan raksasa sebelum-sebelumnya, maka malam ini adalah giliran desanya disatroni oleh raksasa jahat itu. Pemuda-pemuda desa yang telah dilatih silat sibuk menyiapkan diri. Mereka menggenggam berbagai jenis senjata di tangan masing-masing. Lalu mereka mulai melawan raksasa.
Raksasa mengaumkan teriakan memekakkan. Tampaknya ia marah mendapati dirinya mendapat perlawanan dari penduduk desa. Hanya dengan sekali kibas, kedua tangan raksasa itu telah merontokkan para pemuda desa. Erang menyaksikan kenyataan itu dengan hari miris. Ia sudah menduga akan terjadi hal seperti itu. Segesit dan sekuat apa pun para pemuda desa itu, sama sekali bukan tandingan raksasa.
Raksasa itu mengaum sekali lagi. Wajahnya tampak puas. Dengan langkah malas karena kekenyangan, raksasa memutar badannya hendak berlalu dari desa itu. Pada saat itu, Erang segera melompat menghadang raksasa. Raksasa menghentikan langkahnya. Raksasa menertawakan Erang yang bertubuh kuntet, namun berani menghadangnya. Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri erang. Erang malah menghinga raksasa. Raksasa menggeram. Kemarahannya tak terbendung lagi. Belum pernah seumur hidupnya ia dihina oleh seorang manusia. Terlebih manusia kuntet nan kerempeng seperti Erang. Manusia kuntet itu bahkan berani menghina dengan mengatakan mulutnya tak sanggup menelan tubuh Erang.
Secepat kilat tangan raksasa itu menyambar Erang. Anehnya, Erang justru tidak berusaha untuk menghindar. Dibiarkannya tangan raksasa itu mencengkeramnya. Selanjtunya, tubuh Erang menggelinding masuk ke mulut raksasa. Karena tubuhnya yang kuntet dan jarak geraham kiri dan kanan raksasa sangat lebar, Erang berhasil menghindar dair gigi-gigi raksasa yang berusaha mengunyahnya. Dengan cepat Erang menggelindingkan tubuhnya melalui tenggorokan masuk ke dalam perut raksasa.
Merasa mangsanya telah tewas, raksasa itu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, sepuluh langkah dari situ, tiba-tiba tubuh raksasa itu roboh bergelimpang menimpa bumi. Tanah bergoyang keras. Meninggalkan lubang di bawah punggung raksasa. Tubuh raksasa itu kemudan berguling-guling. Berteriak-teriak menahan rasa sakit. Sebuah sobekan dari dalam perutnya mengakibatkan tubuhnya berhenti berguling. Raksasa jahat itu telah mati.
Terlihat Erang menjulurkan kepalanya dari dalam perut raksasa yang terbelah. Ia kemudian keluar dan melompat turun ke tanah dengan tenang. Karena kuasa dewata, di tempat raksasa itu terbaring, tiba-tiba berubah wujur menjadi gunung. Bentuknya seperti tubuh raksasa, lengkap dengan perut besarnya yang menonjol. Penduduk sekitar gunungpun kemudian menamainya dengan sebutan Gunung Lompobattang, yang artinya perut besar. Lompo= Besar, Battang= Perut.

Minggu, 19 Juli 2020

Bentuk Persatuan dalam Keberagaman di Sekolah


Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu. Lingkungan belajar harus dijaga semua warga sekolah. Tujuannya agar suasana sekolah mendukung peningkatan prestasi siswa. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan persatuan di sekolah.

Di sekolah kita bergaul dengan teman-teman. Mereka memiliki perbedaan dengan kita. Ada yang berbeda kelasnya dengan kita. Ada yang bertubuh kurus atau gemuk. Ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. Ada yang suku Jawa, Sunda, Tionghoa, dan Papua. Bergaul dengan teman sekolah harus rukun. Tanpa membeda-bedakan kelas, agama, dan suku bangsa. Rukun dengan teman di sekolah mmebuat kita lebih bersemangat belajar.

Sikap tolong-menolong di sekolah sangat penting untuk menumbuhkan kepedulian. Tolong menolong tersebut dilakukan untuk kebaikan. Misalnya, tolong-menolong dalam belajar kelompok. Kita harus menolong teman yang mengalami kesulitan. Teman yang mengalami kesulitan membutuhkan bantuan dan perhatian. Teman yang sakit harus dijenguk. Teman yang terkena musibah harus dibantu. Tolong-menolong dalam keburukan tidak boleh dilakukan.

Kamis, 16 Juli 2020

Asal Mula Gunung Lompobattang


Erang bocah lelaki berumur 7 tahun tak kuasa menahan tangis. Ia sangat sedih. Ibu bapaknya, telah pergi meninggalkan dirinya. Diusapnya sisa air mata yang membasahi wajahnya. Erang mengucapkan sumpah. Kelak, jika Tuhan berkenan menganugerahinya umur panjang, ia akan menggunakan umur tersebut hanya untuk membalas dendam pada raksasa jahat yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Sepuluh tahun kemudian, Erang kanak-kanak kini telah tumbuh dewasa. Ia sering diejek teman-temannya karena tubuhnya yang kuntet. Erang selalu membalas setiap ejekan ‘kuntet’ dari kawan-kawannya dengan senyuman. Ia menekan setiap rasa kesal yang muncul di hatinya. Demi membalaskan dendam kedua orang tuanya, ia tabah berjalan teguh di atas rencana yang disusunnya. Tak ada yang tahu kalau tubuh kuntetnya itu sebenarnya disengaja oleh Erang. Bertahun-tahun ia disiplin berpuasa. Berpantang makan dan menahan lapar, agar tubuhnya tidak tumbuh berkembang.
Diam-diam pula, Erang menyusup ke setiap desa di mana raksasa musuhnya sedang berburu manusia. Dibantu oleh tubuh kuntetnya ia bersembunyi sambil memerhatikan secara saksama gerak-gerik si raksasa. Sambil menunggu waktu yang tepat di kemudian hari, Erang memelajari kelemahan musuhnya. Nenek moyangnya pernah mengajari Erang, ‘Kenali kelemahan musuhmu untuk mengenali kekuatanmu’.
Tibalah kemudian malam yang ditunggu-tunggu Erang. Purnama hari keempat belas. Sepuluh tahun sejak kedatangan terakhir raksasa ke desa. Cahaya bulan menyiram tanah. Erang telah mempersiapkan dirinya sejak petang. Belajar dari kebiasaan raksasa sebelum-sebelumnya, maka malam ini adalah giliran desanya disatroni oleh raksasa jahat itu. Pemuda-pemuda desa yang telah dilatih silat sibuk menyiapkan diri. Mereka menggenggam berbagai jenis senjata di tangan masing-masing. Lalu mereka mulai melawan raksasa.
Raksasa mengaumkan teriakan memekakkan. Tampaknya ia marah mendapati dirinya mendapat perlawanan dari penduduk desa. Hanya dengan sekali kibas, kedua tangan raksasa itu telah merontokkan para pemuda desa. Erang menyaksikan kenyataan itu dengan hati miris. Ia sudah menduga akan terjadi hal seperti itu. Segesit dan sekuat apa pun para pemuda desa itu, sama sekali bukan tandingan raksasa.
Raksasa itu mengaum sekali lagi. Wajahnya tampak puas. Dengan langkah malas karena kekenyangan, raksasa memutar badannya hendak berlalu dari desa itu. Pada saat itu, Erang segera melompat menghadang raksasa. Raksasa menghentikan langkahnya. Raksasa menertawakan Erang yang bertubuh kuntet, namun berani menghadangnya. Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Erang. Erang malah menghinga raksasa. Raksasa menggeram. Kemarahannya tak terbendung lagi. Belum pernah seumur hidupnya ia dihina oleh seorang manusia. Terlebih manusia kuntet nan kerempeng seperti Erang. Manusia kuntet itu bahkan berani menghina dengan mengatakan mulutnya tak sanggup menelan tubuh Erang.
Secepat kilat tangan raksasa itu menyambar Erang. Anehnya, Erang justru tidak berusaha untuk menghindar. Dibiarkannya tangan raksasa itu mencengkeramnya. Selanjtunya, tubuh Erang menggelinding masuk ke mulut raksasa. Karena tubuhnya yang kuntet dan jarak geraham kiri dan kanan raksasa sangat lebar, Erang berhasil menghindar dari gigi-gigi raksasa yang berusaha mengunyahnya. Dengan cepat Erang menggelindingkan tubuhnya melalui tenggorokan masuk ke dalam perut raksasa.
Merasa mangsanya telah tewas, raksasa itu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, sepuluh langkah dari situ, tiba-tiba tubuh raksasa itu roboh bergelimpang menimpa bumi. Tanah bergoyang keras. Meninggalkan lubang di bawah punggung raksasa. Tubuh raksasa itu kemudian berguling-guling. Berteriak-teriak menahan rasa sakit. Sebuah sobekan dari dalam perutnya mengakibatkan tubuhnya berhenti berguling. Raksasa jahat itu telah mati.
Terlihat Erang menjulurkan kepalanya dari dalam perut raksasa yang terbelah. Ia kemudian keluar dan melompat turun ke tanah dengan tenang. Karena kuasa dewata, di tempat raksasa itu terbaring, tiba-tiba berubah wujud menjadi gunung. Bentuknya seperti tubuh raksasa, lengkap dengan perut besarnya yang menonjol. Penduduk sekitar gunungpun kemudian menamainya dengan sebutan Gunung Lompobattang, yang artinya perut besar. Lompo= Besar, Battang= Perut.

Kamis, 02 Juli 2020

Pawai Budaya

Tiap tahun warga Kampung Badungan menyelenggarakan Pawai Budaya. Pawai ini selalu menampilkan keragaman budaya Indonesia. Dodi dan teman-teman tidak pernah bosan menanti rombongan pawai lewat. Tahun ini mereka datang ke alun-alun untuk melihat pawai tersebut. Kak Rere pun terlihat tak sabar menanti. Terdengar suara gendang yang menandakan rombongan pawai semakin dekat.

Di barisan pawai terdepan terlihat rombongan dari Jawa Tengah. Beberapa laki-laki mengenakan Beskap lengkap dengan blangkon dan keris. Kemudian di sampingnya beberapa perempuan cantik berbalut Kebaya lengkap dengan sanggul dan selendang. Langkah mereka diiringi oleh suara Gamelan, musik Tradisional dari Jawa Tengah.

Di rombongan kedua diisi oleh rombongan dari Papua. Dengan pakaian khasnya, para laki-laki berjoget lengkap dengan pedang di tangannya menarikan tarian perang. Disusul dengan rombongan ketiga berasal dari Bali. Rombongan dari Bali membunyikan alat musik daerahnya, Ceng-ceng namanya. Alat ini berbentuk seperti dua keping simbal yang terbuat dari logam. Nyaring bunyinya ketika kedua keping ini dipadukan.

Rombongan dari Bali diikuti oleh rombongan dari Maluku. Rombongan laki-laki mengenakan kemeja putih, jas merah, dan topi tinggi dengan hiasan keemasan. Rombongan perempuan mengenakan baju Cele. Baju ini terdiri dari atasan putih berlengan panjang serta rok lebar merah. Langkah mereka diiringi oleh suara Tifa, alat musik dari Maluku. Bunyinya seperti gendang, namun bentuknya lebih ramping dan panjang. Budaya Maluku sangat unik dan menarik.

Dodi dan teman-teman sangat senang melihat pawai budaya. Selalu ada hal baru yang mereka perhatikan setiap tahun. Pakaian adat dari berbagai suku di Indonesia selaku menyenangkan untuk diamati. Benar kata ayah Dodi, kebudayaan Indonesia memang sangat beragam.








source: LKS Terampil Kelas IV Tema 1

Minggu, 03 Maret 2019

Curhatan Seorang Fresh Graduate dan Kebaikan Tuhan

Kali ini saya mau sharing sedikit tentang kegalauan seorang fresh graduate.
check it out

8 November 2018 saya sidang dan dinyatakan lulus (Senang dong udah jadi S.Pd.). Segala cape, sabar, keringat, air mata, uang yang habis terasa terbayar. Lega. Perjuangan 4 tahun selesai juga. Meskipun gak kebagian kuota wisuda gelombang 3 tahun 2018, saya mencoba menerima kenyataan aja kalau bisa wisuda tahun 2019 di gelombang pertama.

Apa yang dilakukan setelah dinyatakan lulus? Revisian, ngejar dosen lagi buat tanda tangan, ngurus ini itu buat daftar wisuda dan sebagainya. Yang paling penting, apa yang mau dilakukan setelah lulus? Ya kerja lah ya. Nah, selama bulan Desember saya istirahat menikmati hari-hari santai tanpa revisian skripsi dan segala hal yang bikin pusing.

Awal Januari 2019 bikin resolusi lagi dong ya karena target 2018 ada yang belum tercapai. Januari mulailah saya cari kerja lewat internet. Ada banyak tapi yang sesuai kualifikasi dan kesukaan saya gak banyak. Akhirnya mulai kirim cv dan lamar tiap ada lowongan yang kira-kira sesuai minat dan kualifikasi. Satu persatu kerjaan mulai saya lamar. Pertama cuma punya satu akun lamar kerjaan. Lama-lama jadi punya banyak, dan semakin banyak pula lamaran yang saya lamar. Saya lamar di perusahaan, sekolah, penerbitan, pokoknya di mana aja deh. 

Masuk bulan Februari, satu pun pekerjaan yang saya lamar gak ada kabar. Ok, langsung menyimpulkan kalau memang saya tidak lulus untuk tahap pertama itu. Mulai bingung, mulai panik, semua teman udah pada kerja udah pada update status di tempat kerja baru. Mulai banyak tekanan. Mulai protes dong sama Tuhan. Kok gini sih Tuhan? Saya nggak bodoh-bodoh amat kok, kenapa satupun kerjaan yang saya lamar gak ada yang dipanggil satu pun.

Pertengahan Februari, ada seorang kakak (teman, tapi umurnya lebih tua, jadi saya panggil kakak) yang nikah di daerah Cibubur. Ada seorang teman juga yang mau Praktik Kerja Nyata di daerah Jakarta. Teman saya itu ajak saya, dia bilang kalau saya suatu hari dipanggil kerja di daerah Jakarta, bisa lebih dekat, lagipula bisa temani dia sekalian. Mama juga setuju. Akhirnya, 16 Februari berangkatlah ke nikahan kakak itu dan pulangnya ke tempat saudara temanku yang mau PKN itu (saya panggilnya namboru). 

Bulan Februari udah mau habis. Tiap hari buka laptop untuk lihat lamaran yang sudah saya kirim. Siapa tau ada tanggapan dari perusahaan atau sekolah kan. Nggak ada juga. Malah ada salah satu akun yang menjelaskan saya gak lolos. Sedih sih, tapi segera mikir "Ok, satu pintu tertutup, pintu-pintu lain akan Tuhan buka untuk saya". Mama udah bilang kalau udah seminggu gak ada panggilan, pulang aja.

Minggu 24 Februari 2019, saya ikut ibadah di HKBP Rawamangun bareng teman saya itu dan namboru. Di doa syafaatnya, pendeta yang melayani mendoakan anak-anak Tuhan yang merindukan berkat berupa pekerjaan yang diberikan Tuhan. Itu saya banget kan, saya langsung tersentuh. Tanpa sadar, hati saya bilang. "Amin. Besok, hari Senin, akan ada panggilan kerjaan"

Senin, 25 Februari 2019 pukul 8 pagi, waktu lagi asik nonton, saya dapat telepon dari nomor baru. Saya angkat telepon itu dan jantung saya deg-degan parah sampe suara saya keluarnya kecil banget. Ya, itu panggilan dari salah satu sekolah yang saya lamar. Saya menyanggupi untuk diwawancara keesokan hari. Saya mulai menyiapkan semuanya, surat lamaran, cv, transkrip, SKL, sampe pakaian yang akan saya pake. 

Siang kira-kira pukul 11, saya dapat telepon lagi. Nomor baru lagi. Saya angkat dan itu juga panggilan untuk wawancara hari selasa tanggal 26 pukul 1 siang. Saya menyanggupi juga. Saya tutup telepon dan tiba-tiba hati saya tersentuh. Saya menangis. Bukan cuma 1 tapi dua sekaligus saya dapat panggilan wawancara. Saya matikan tv dan bernyanyi sebentar lalu berdoa. Saya sangat mengucap syukur pada Tuhan. Nggak peduli gimana berdosanya saya dia tetap memberikan keinginan saya. Saat itu juga langsung hubungin mama bahwa saya ada panggilan.

Keinginan saya waktu ikut teman saya itu awalnya "Ya, Tuhan kalau bisa sebelum ibadah passion di bulan April (menjelang jumat agung) saya udah kerja" tapi saya mulai bosan jadi pengangguran. Keinginan saya jadi makin naik. "Ya, Tuhan kalau bisa Maret Nanti saya udah kerja." Saya juga lagi coba baca Alkitab dari awal sampe habis. Kejadian sampai Wahyu. Waktu itu bacaan saya masih di 1 Tawarikh di pasal-pasal terakhir. Keinginan saya "Ya Tuhan kalau bisa setelah kitab 1 Tawarikh ini saya baca, saya udah dapat panggilan" Tuhan dengar keinginan saya. Dia dengar doa saya. 1 Tawarikh sudah habis saya baca, saya sudah dapat panggilan.

Selasa 26 Februari 2019 saya datang ke salah satu tempat les tempat saya mengirim lamaran (Saya sudah batalkan wawancara dengan sekolah). Saya udah berpakaian rapi, bawa cv dan alat tulis sesuai permintaan mereka. Saya datang 1 jam lebih cepat karena saya kira akan macet. Begitu datang saya diantar ke lantai 2 untuk melakukan tes tulis. Tesnya itu soal-soal bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan Matematika. Saya mulai kerjakan soal itu, agak susah dan saya mulai kehilangan konsentrasi. Tapi Puji Tuhan semua tes bisa saya jawab. Masalah benar atau nggak, nggak taulah tapi saya udah bersyukur banget bisa selesai.

Setelah tes tulis, saya disuruh tunggu. Saya periksa hp dan ada satu pesan masuk di WA. Permintaan wawancara juga dari salah satu perusahaan. Saya nggak henti-hentinya senyum hari itu. Nggak cuma 2, bahkan 3 sekaligus saya dapat panggilan. Lalu saya diminta untuk micro-teaching. Saya diantar lagi ke ruangan untuk micro-teaching. Pengujinya memberi saya kebebasan untuk menyampaikan materi apa saja yang saya kuasai. Karena minim persiapan saya paparkan materi seadanya. Saya berusaha terlihat menyenangkan. Penguji itu perempuan, dan beliau senyum-senyum melihat saya mengajar. Saya micro-teaching tidak sampai 15 menit tapi penguji itu masih senyum-senyum dan ya beliau kagum. Saya lega karena setidaknya gak melakukan hal yang memalukan.

Penguji tanya kampus saya beliau berasumsi kampus saya itu memang berbasis pendidikan. Penguji itu selesai mengulas, kemudian keluar. Bodohnya saya, saya juga ikut keluar karena saya kira proses tes sudah selesai, tapi ternyata belum. Penguji perempuan tadi bertemu penguji yang lain, saya buru-buru masuk ruangan tadi, tapi saya samar-samar dengar omongan mereka. Nggak terlalu jelas tapi di akhir kalimat penguji perempuan saya dengar "Empat jempol deh pokoknya"

Mendengar itu, langsung nggak bisa tahan senyum dong. Puas banget rasanya. Sebagus itu saya di mata penguji? Padahal penjelasan saya itu menurut saya terlalu singkat dan cepat. Penguji kedua, laki-laki, masuk ruangan lagi. Beliau mengulas sedikit profil saya. Kami cuma ngobrol ringan dan akhirnya penguji itu mulai menjelaskan sistem dan peraturan di tempat les itu. Dalam hati "Ini saya udah diterima belum?" tapi melihat situasi seperti sudah 90% diterima.

Di akhir pembicaraan, penguji laki-laki itu bilang "Miss, siap datang ke sini tanggal 1 Maret jam 12 siang?" saya langsung senyum lebar dong. "Siap, pak!" Jawab saya sambil senyum. Singkatnya, proses tes selesai sampai di situ dan saya sudah diperbolehkan pulang. Saya masih bahagia banget bersyukur banget. Prosesnya bisa dibilang mudah dan termasuk cepat. Saya juga membalas pesan WA bahwa saya tidak bisa mengikuti proses wawancara.

Tuhan itu baik banget. Sangat baik. Terimakasih Tuhan, Engkau sangat baik. Tuhan gak memandang semua dosa dan kesalahan saya. Berkatnya selalu baru dan selalu berlimpah. Apa yang sudah saya lakukan? Kenapa Tuhan begitu baik buat saya? Bahkan semua keingingan saya diberikan-Nya. Nggak ada yang bisa saya lakukan selain memuji nama-Nya dan bersyukur. Oleh sebab itu, saya posting tulisan saya ini sebagai bentuk syukur pada Tuhan yang teramat baik dan bukti bahwa Tuhan selalu menyertai dan memberkati kita.

Semoga tulisan ini menginspirasi dan memberi kekuatan bagi pembacanya. God Bless you guys.